Minggu, 18 Oktober 2015

Cara Melepaskan Tekanan Mental saat Berhadapan dengan Lawan ketika Bertarung

Cara Melepaskan Tekanan Mental saat Berhadapan dengan Lawan ketika Bertarung 




Tekanan Mental saat pertandingan Kumite
Pada saat kita mulai menghadapi lawan pada suatu pertarungan  di jalanan atau di pertandingan Kumite tentu kita dihadapkan pada suatu kondisi mental  yang tidak kita inginkan yang terjadi pada diri kita. Kondisi mental tersebut dapat berupa rasa takut, rasa cemas, grogi, rasa diremehkan, rasa harga diri yang diinjak-injak, sehingga memancing emosi kita  untuk mengeluarkannya secara berlebihan dan membabi buta. Tentunya emosi yang membabi buta tanpa adanya control diri pada akhirnya dapat dipastikan akan merugikan diri  sendiri alias dapat berujung  pada kekalahan kita sendiri. Tidak peduli  seberapa keras dan banyak latihan kita, kondisi mental yang demikian akan membawa anda pada  kekalahan anda sendiri.  Gejala Rasa cemas dan takut itu ditandai dengan jantung yang berdebar-debar (berdetak cepat), pikiran yang tegang bahkan sampai mengeluarkan keringat dingin. Sebenarnya kondisi mental berupa rasa takut dan cemas itu adalah hal yang sangat wajar dan alami yang pasti dialami oleh seluruh manusia di muka bumi ini.  Tidak ada satu orangpun yang tidak melalui proses ini dalam bertarung.  Tetapi masalahnya disini, adalah  dapatkah kita melewati proses tersebut? Dapatkah kita menguasai keadaan mental/pikiran kita agar jangan larut atau terbawa dalam kondisi tersebut?  Bagaimana cara agar kita dapat mengusai/ mengontrol pikiran kta agar mental kita tidak dapat terpengaruh oleh lawan? Untuk  menjawab pertanyaan ini  ada baiknya pertama-tama kita harus mengerti  dan memahami tentang sebuah aturan/prinsip  yaitu hukum energy positif dan negative.   Tubuh kita dapat memancar energy baik negative maupun positif. Ketika kita memancarkan energy positif, alam sekitar memantulkan/mengembalikan energy positif kita dalam jumlah yang lebih banyak, atau lebih besar lagi kepada kita. Dan jumlah energy negative yang tersisa dalam tubuh kita akan terserap atau tersedot yang lama kelamaan, energy negative kita dalam tubuh menjadi hilang atau habis semua digantikan oleh muatan energy posistif yang banyak/ mendominasi dalam tubuh kita.  Tentunya kondisi dimana seluruh energy positif mendominasi tubuh kita inilah yang kita harapkan terjadi pada diri kita. Sebaliknya jika tubuh kita memancarkan energy negative, alam semesta akan memantukan/mengembalikan energy negative itu lebih besar atau lebih banyak lagi kepada diri kita. Dan Stok/persediaan  energy positive kita dalam tubuh sedikit-demi sedikit namun cepat akan berkurang karena disedot atau diserap oleh alam semesta.  Kondisi inilah  yang sangat kita tidak inginkan karena pastinya kondisi ini dapat merugikan kita
 dalam hal apapun selama kita hidup di dunia ini. 
Tekanan Mental saat bertarung di Jalanan
 Dalam kaitannya dengan konteks menghadapi pertarungan atau pertandingan kumite, aturan/prinsip ini pastinya sangat  berlaku dan tidak terkecuali. Saat kita mulai menghadapi lawan dengan kondisi mental berupa rasa takut dan cemas, berarti kita memancarkan energy negative  yang pastinya akan segera diserap atau disedot oleh lawan tarung kita, yang kemudian  energy negative kita yang diterima dalam tubuh lawan tarung  diubah menjadi energy positive buat lawan tarung  itu sendiri,   lalu energy positif lawan tarung tadi dipancarkan dan diterima oleh kita dalam bentuk energy negative  untuk mengambil atau menyedot semua energy-energi positif yang ada dalam tubuh kita.  Sehingga walaupun kita sudah banyak latihan keras dan sering,  teknik serangan atau pertahanan yang kita keluarkan dalam pertarungan atau kumite menjadi amburadul dan tidak terfokus. Sehingga setiap gerak tubuh kita yang akan kita lakukan untuk menyerang lawan, akan mudah sekali terbaca oleh lawan. Pada tahap yang lebih akut lawan akan berteriak-teriak kegirangan dalam arena dan membuat kita bertekuk lutut dihadapannya dan mengakui bahwa dia (lawan kita) adalah DEWA, karena dia sangat lebih kuat dari kita meskipun kita sudah banyak latihan keras dan sangat rajin.  Padahal sebenarnya  tidak serumit itu, justru kitalah yang kalah mental dari dia, kita tidak dapat 
 menguasai pikiran dan emosi kita. Master Gichin Funakoshi pernah berkata (yang tertuang dalam Nijukun/Filosofi Karatedo) yaitu”pertama-tama kendalikan  dirimu sebelum mengendalikan orang lain.  Artinya untuk bisa mengalahkan lawan kuncinya pertama kali adalah mengendalikan diri kita sendiri yaitu  mencakup perasaan atau emosi kita sendiri agar menjadi “tenang” dalam menghadapi segala situasi buruk, baru anda bisa mengendalikan lawan, dalam hal ini artinya mengalahkannya.  Jadi kuncinya disini adalah pengendalian emosi, perasaan diri sendiri untuk mencapai “KETENANGAN”, karena memang kunci untuk menang dalam pertarungan adalah Ketenangan. Seperti yang sudah penulis bahas sebelumnya dalam blog sebelumnya  tentang Falsafah Karatedo yaitu Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air). Jika kita sudah mencapai ketenangan diri  baik emosi pikiran maupun perasaan bukan tidak mungkin lawan dapat kita kalahkan, ini tinggal masalah waktu saja, bahkan mungkin lebih cepat dari yang kita duga sebelumnya. Karena begitu kita dalam kondisi tenang kita sebenarnya memancarkan energy positif ke alam semesta, lawan tarung kita  juga termasuk isi dari alam semesta yang ikut memberikan energy positifnya kepada  kita atau dalam bahasa kasarnya persediaan energy positif lawan tarung kita diambil  atau dirampok oleh kita (karena kita memancarkan energy positif yang jauh lebih besar dari lawan kita). Sekarang kita dihadapkan pada sebuah pertanyaan yaitu mengapa lawan selalu melancarkan serangan psikologis berupa serangan mental  terlebih dahulu sebelum menyerang secara fisik kepada kita? Untuk menjawab pertanyaan ini  kita bisa lihat dulu sejarah peperangan yang dialami nenek moyang kita. Kita bisa menganalisis bagaimana cara orang-orang zaman dulu berperang, tentunya disini penulis tidak mungkin menjabarkan secara lebih luas dan detail tentang siapa orang-orang zaman dulu tersebut dan bagaimana cara berperangnya, tapi disini penulis melihat adanya benang merah atau kesamaan strategi berperang yang dilakukan mereka yaitu “selalu melakukan serangan psikologis terhadap mental musuhnya terlebih dahulu sebelum melakukan kontak fisik dengan musuhnya”. Dalam konteks Karate dan beladiri jalanan  serangan yang dilakukan lawan dapat dilakukan:



  1.  Melalui alam  Sadar, yaitu dengan teriakan, eksperisi wajah dan gerakan. Pada Umumnya serangan mental yang dilakukan dengan teriakan adalah dapat berupa bentakan, makian, dan cacian yang dikeluarkan dengan suara dan nada yang sangat keras dan  tinggi seperti auman seokor Singa. Dampak psikologis yang diterima kita sebagai lawannya adalah kita merasa melihat lawan mempunyai kekuatan lebih  dashyat dari kita yang tersembunyi  dibalik teriakannya yang keras.  Kemudian kita juga merasa melihat Lawan beringas dan galak sekali yang terlihat dari muka wajahnya yang ditekuk, matanya yang melotot dan gerakannya yang membingungkan,  sehingga sangat siap untuk membunuh kita karena kita merasa lawan itu yang mengetahui persis kelemahan dari tubuh kita.  Semua hal fisik yang kita tangkap dari lawan tarung kita,  ditafsirkan oleh pikiran kita menjadi seolah-olah lawan tersebut intinya lebih kuat dari kita.  Ada juga tipe lawan yang tidak beringas tetapi boleh dikatakan “berdarah Dingin”. Sehingga dengan kedinginan darahnya, terlihat dia tidak terlihat galak dan beringas, tetapi dia sangat tenang dalam menghadapi kita, bahkan saking tenangnya ia mengajak bercanda, menggodai kita, mengolok-olok kita sehingga terkesan meremehkan kita. Ini terlihat dari raut wajahnya yang kalem, santai dan gembira juga gerak-gerik tubuhnya yang seperti anak kecil ingin bermain.  Tujuan utama dari tipe lawan seperti ini adalah untuk memancing emosi kita. Jika emosi kita  berhasil terpancing maka bukan tidak mungkin semua teknik beladiri yang kita punya akan amburadul tidak terfokus dan mudah terbaca oleh dia. Umumnya tipe lawan yang berdarah dingin seperti ini adalah orang yang punya skill beladiri atau ilmu bertarung yang mumpuni. 
  2.  Melalui alam bawah sadar, yaitu dengan melihat akribut yang dipakai, atau bisa juga dari penampilan fisiknya, atau gossip atau kabar dari orang lain. Jika kita melihat lawan dengan tubuh besar dan tangan berotot seperti Ade Ray tentunya akan lain reaksi kita dibandingkan dengan lawan yang bertubuh kecil dan kurus. Dari segi akribut pakaian, misalkan kita mengalami rasa gugup atau jatuhnya kepercayaan diri begitu menemui lawan yang memakai dogi Karate lengkap dengan Obi (sabuk) Hitam yang warnanya telah berpudar dari pada menghadapi lawan yang memakai sabuk kuning . Contoh lain: kita merasa takut duluan ketika melihat lawan yang memakai baju hitam-hitam, karena terkesan seperti orang yang mempunyai ilmu sihir (black magic) sehingga menciutkan nyali kita.  Sedangkan pengaruh dari gossip atau kabar/ berita dari orang lain contohnya adalah” kabarnya si Anu sudah terkenal mempunyai pukulan yang mematikan, kemarin lawannya pada patah tulang semua akibat pukulannya, tidak ada yang sanggup atau bisa mengalahkannya. Tentunya perasaan anda ketika mendengar kabar atau gossip tersebut akan menjadi lain dibanding ketika anda tidak mendengar berita tersebut

.selain itu;
  1. Cara pertama melakukan Teriakan sebelum bertanding atau ketika bertanding, dalam Karate dikenal dengan istilah “KIAI”. Teriakan yang kita lakukan sebelum bertanding atau bertarung berguna untuk mengurangi ketegangan sehingga perasaan kita menjadi lebih nyaman. Teriakan bisa dibarengi dengan loncat-loncat sembari berkata atau melakukan afirmasi ”aku pasti bisa” berulang-ulang.  Sedangkan teriakan yang dilakukan ketika sedang bertanding selain berguna untuk mengurangi ketegangan kita juga berfungsi untuk menakuti musuh (menyerang mental lawan). 
  2. Cara kedua  melakukan teknik Matching dan Mirroring, yaitu teknik menyamakan diri sindiri dengan gerak-gerik lawan. Menyamakan diri sendiri dengan gerak-gerik lawan berarti menyelaraskan diri dengan alam atau mengharmonisasikan diri dengan alam, alam dalam artian disini termasuk lawan kita. Teknik ini sebenarnya sudah ada di NLP (Neuro Linguistik Program), tetapi karena penulis pikir teknik ini sangat relevan bagi karate dan bisa dipakai dalam semua kondisi, maka penulis memutuskan untuk membahas teknik ini.  Jika lawan melakukan serangan mental psikologis ke anda yang ditandai dengan suara yang keras dan menggelegar, mata yang melotot, otot2 muka yang ditekuk,  gerakan tubuh yang dikejangkan, maka anda sesuai teknik ini  (Matching dan Mirroring)  anda harus melakukan persis dan mirip dengan lawan anda. Tapi “mirip” disini jangan disalah artikan sama persis seperti bayangan musuh anda, tetapi hanya sama selisih beberapa detik saja. Misalkan lawan melakukan gejala –gejala seperti suara yang keras dan menggelegar, mata yang melotot, otot2 muka yang ditekuk,  gerakan tubuh yang dikejangkan untuk menakuti anda, maka yang harus anda lakukan adalah  ikut teriak juga dengan suara yang keras dan menggelegar, mata yang melotot, otot2 muka yang ditekuk, dan gerakan tubuh yang dikejangkan sama seperti lawan anda berbuat terhadap anda. Karena dengan begitu kita dapat menguasai perasaan takut kita, dampak dari teknik ini adalah  kita akan merasa lebih tenang karena:             
  • Semua rasa tegang dan takut dikeluarkan lewat ekspresi suara dan gerak-gerik tubuh yang sama dengan frekuensi lawan. 
  • Lawan merasa heran karena gertakannya tidak mempan dan musuh malah menggertak balik, ini tentu  membuat lawan was-was dan berfikir jangan-jangan ia lebih hebat dari saya. Nah perasaan was-was musuh itulah yang menyebabkan keluarnya energy negative dari musuh. Jika energy negative sudah mulai terpancar dari lawan kita, berarti sedikit-demi sedikit persediaan energy positifnya juga akan berkurang karena tersedot oleh energy positive kita. Disaat energy positif kita mulai menyedot energy positif lawan, hal/gejala yang dirasakan oleh kita adalah perasaan tenang, dan kalau sudah tenang,  pikiran akan lebih terfokus untuk menyerang lawan, teknik-teknikpun akan lebih banyak keluar dengan sangat baik.  Nah, kalau kita sudah dapat tenang atau dapat menyamakan frekuensi dengan lawan kita, sekarang tinggal berfikir bagaimana mengalahkan lawan kita sesegera mungkin. Cara yang lebih tepat adalah dengan melakukan serangan psikologis mental kepada lawan kita dengan frekuensi yang lebih besar dari apa yang lawan kita lakukan kepada kita. Dengan demikian lawan sudah pasti akan semakin lebih takut lagi dengan kita, dan kita akan semakin lebih tenang lagi dan terfokus dalam mengeksekusi teknik-teknik kita. Kita bisa mengidentifikasi lawan sudah sangat takut atau belum dengan dengan melihat teknik-teknik penyerangan dan pertahanan yang dikeluarkannya.  Jika  teknik penyerangan dan pertahanan yang dikeluarkannya dapat sangat mudah terbaca oleh kita, berarti ini sudah menunjukan  gejala ketakutan musuh yang sangat kuat. Lalu bagaimanakah jika kita menghadapi lawan berdarah dingin yang notabene mempunyai skill beladiri yang mumpuni, dapatkah teknik ini dipakai? Jawabannya adalah dapat, tinggal kita menyamakan gerak-gerik dari dia, jika dia meledek, kita juga ikut meledek, jika ia meremehkan kita, kita juga meremehkan dia. Intinya kita melakukan sesuatu yang sama seperti yang ia melakukannya kepada kita, termasuk gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan cara nafas lawan kita. Kemudian setelah kita dapat menguasai keadaan, kita dapat melakukan serangan mental yang lebih dashyat lagi ke lawan kita sembari  mengeksekusi teknik-teknik kita. 
3.    Cara ketiga yang dapat kita lakukan untuk melepaskan diri dari tekanan mental kita dari pengaruh lawan adalah dengan cara mengatur  pernafasan kita . Dengan bernafas dengan cara menghirup udara  lebih halus, panjang dan tidak terputus-putus (sampai perut maupun paru-paru terisi oleh banyak oksigen) lalu menahan nafas beberapa detik kemudian mengeluarkannya dengan halus, panjang, dan tidak terputus-putus sampai udara dalam perut atau dada kita kosong (tidak ada udara lagi).  Bagi umat muslim cara ini dapat dikombinasikan dengan dzikir atau doa, sambil menghirup udara lebih panjang kita melakukan dzikir, saat menahan nafas kita melakukan dzikir, dan saat membuang nafas kita juga berdzikir. Dengan konsentrasi pada teknik bernafas  dan dzikir tersebut perasaan kita akan lebih tenang dan tidak galau. Energi yang kita keluarkanpun tidak kacau atau dengan kata lain pancaran energy kita mempunyai kualitas yang baik, karena yang dipancarkan adalah energy positive. Teknik bernafas ini dapat kita lakukan  sebelum atau ketika sedang dalam keadaan bertanding/ bertarung.  
4.   Cara yang keempat untuk melepaskan diri dari tekanan mental adalah  dengan berdoa dan pasrah kepada Tuhan. Berdoa sudah sebagian telah kita bahas dalam cara ketiga diatas, tetapi disini dibahas lebih detail lagi. Setelah kita sukses menyelesaikan sebuah  tahap latihan yang amat keras dan panjang, tibalah kita ke sebuah  tahap dimana kemampuan kita dijajal/diuji yaitu dalam pertarungan. Jika tahap pertama sudah sukses kita selesaikan berarti syarat untuk melakukan “kepasrahan kepada Tuhan” sudah terpenuhi. Artinya akan sangat bagus sekali hasilnya apabila doa dan kepasrahan kita kepada Tuhan tersebut sudah kita iringi sebelumnya dengan usaha kita yang keras dalam berlatih. Pertanyaannya, Bagaimana cara kita berdoa agar kita mendapatkan ketenangan yang lebih dalam? Jawabannya adalah dengan menghayati arti atau makna kata perkata dari doa tersebut sehingga kita dapat lebih menyatu dengan energy Ilahi (Tuhan), kemudian kita memasrahkan diri kepada Tuhan, karena Tuhanlah yang akan menentukan hasilnya, Tuhanlah yang tahu apa yang terbaik buat kita. Berdoa/dzikir dan pasrah pada Allah/Tuhan dapat kita lakukan sebelum dan ketika sedang bertanding/bertarung. 
  5.   Cara kelima untuk melepaskan diri dari tekanan mental yang dilakukan lawan melalui alam bawah     sadaradalah  dengan merubah kerangka berfikir atau mindset kita menjadi lebih positif. Misalkan anda merasa grogi jika berhadapan dengan lawan yang mempunyai tubuh berotot besar seperti seorang binaragawan. Anda berfikir”wah jangan-jangan nanti  jika saya melawan dia, saya akan dipites seperti kerupuk, lihat saja otot-ototnya menyeramkan sekali, pasti tenaganya sangat kuat”. Jika itu fikiran yang keluar dari benak anda, berarti anda memancarkan energy negative, sebaiknya buang jauh-jauh fikiran tersebut ganti dengan fikiran yang lebih positif yaitu:”orang yang berotot besar belum tentu jago beladiri,  Kalau orang itu pasti sebagian besar waktu kesehariannya  dihabiskan untuk membentuk otot-ototnya, sedangkan saya waktu kesehariannya lebih banyak untuk melatih beladiri dan kekuatan otot,  pasti orang itu gerakannya kurang cepat dan lincah, pukulannya kurang bertenaga, dan refleknya payah,  Cuma otot dan tenaganya saja yang besar, orang itu Pasti bisa saya kalahkan. Prinsip dari merubah kerangka berfikir adalah seperti sebuah meja, kerangka berfikir yang salah dapat terbentuk dari kaki-kaki meja yang berupa pondasi. Jika diibaratkan kaki-kaki meja itu sebagai alasan negative yang dibentuk untuk mendirikan atau menopang kerangka berfikir yang salah tersebut. Maka cara kerja prinsip ini adalah yaitu dengan mematahkan semua kaki-kaki (alasan negative) dan menggantinya dengan kaki-kaki baru (alasan positif) untuk membangun sebuah kerangka/mindset baru yang lebih positif.

  Sekarang timbul pertanyaan, bagaimana jika pengaruh buruk lawan sudah terlanjur masuk kepada diri saya, sehingga saya sulit untuk menerapkan cara  Matching dan Mirroring. Jawabannya adalah dengan merusak Pola negative kita. Jika mental kita jadi takut, cemas, dan grogi akibat pengaruh lawan maka solusi yang lebih tepat adalah dengan merusak pola kita yang terpengaruh tersebut, contohnya kita jangan terus-terusan sibuk memandang mata lawan tersebut, tetapi sekali-sekali memandang ke arah lain yang menurut kita sangat menarik untuk dilihat, misalnya melihat pohon dan tanaman hijau atau apapun yang indah,  tapi ingat jangan lama2, beberapa detik saja anda melakukannya dengan kewaspadaan yang tinggi, sebab dikhawatirkan lawan akan berhasil memasukkan pukulan ke arah anda. Selain itu anda juga harus melakukan gerakan badan yang ekstrem/ yang bertentangan dengan gerakan badan yang anda alami saat takut, grogi dan cemas menjadi gerakan seperti  orang berjoget atau menari (ingat dalam melakukannya jangan berlebihan hanya sekedarnya saja). 

0 komentar:

Posting Komentar